75 Pengunjung
MMN.CO, CIMAHI – Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi mengakui selama ini masih banyak seni budaya di Cimahi yang belum tergali.
Kepala Seksi Kebudayaan Disbudparpora, Deden Herdiana mengatakan, dari sekian banyak seni budaya di Cimahi, baru sekitar 5-6 yang bisa dipublikasikan. “Yang belum terakomodir masih banyak. Yang layak kita tampilkan ada 5-6 kesenian,” katanya, Rabu (31/5).
Deden menjelaskan, belum tergalinya sejumlah seni budaya di Kota Cimahi dikarenakan unit Disbudparpora Kota Cimahi, khusus yang menanangi soal budaya baru berjalan sekitar empat bulan.
Sebelum memisahkan diri, soal kebudayaan dulunya menyatu dengan Bagian Pariwisata pada Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindagtan).
Dengan terpisahnya bagian kebudayaan tersebut, jelas Deden, pihaknya jadi lebih fokus dan leluasa dalam mengelola dan mengurus soal seni budaya di Kota Cimahi. “Bukan terlambat, hanya tidak terakomodir khusus karena menyatu (dengan dinas lain), sekarang mengelolanya lebih enak,” kata Deden.
Berbicara potensi, lanjut dia, sebetulnya banyak potensi seni budaya di Kota Cimahi yang harus dioptimalkan keberadaannya, salah satunya Kampung Adat Cireundeu. Untuk itu, pihaknya akan kembali menggali potensi tersebut. “Kita sedang mencoba menggali. Kita terjun langsung ke lapangan, kita cek,” katanya.
Dede Syarif, salah seorang Praktisi Seni di Kota Cimahi mengungkapkan, sejak Cimahi jadi kota otonom pada 2001 lalu, ciri khas baik dari aspek tradisional, kolaborasi ataupun seni modern, sama sekali belum ada yang nampak atau mengemuka di masyarakat luas. “Sejak pertama berdiri, tidak ada seni unggulan di Cimahi. Selama ini memang belum ada ciri khas, apakah nanti diinovasi atau menggali yang sudah ada,” ujarnya.
Dulu, di kota mungil ini, sempat mencuat salah satu tradisi yang dinamakan “Ba’da Lohir Cicing”, artinya, semacam upacara disaat panen raya tiba.
Ketika panen tiba, warga dari pagi hingga dzuhur tiba, berdiam diri, dengan paduan musik kendang serta bedog dan kencring. Selain itu, tarian menggunakan bangbarong juga menjadi pengisi tradisi tersebut. “Mereka menganggap bahwa itu seni tradisional Cimahi, tapi saya menganggap itu tidak pantas dianggap sebagai ciri khas,” kata dia.
Hingga kini, tradisi Ba’da Lohor Cicing sama sekali belum terdengar lagi kegiatannya. Mungkin ada berbagai macam alasan, salah satunya pengakuan dari pemerintah setempat.
Selama ini, menurut Dede, kebudayaan seperti seni belum menjadi prioritas Pemerintah Kota Cimahi. Imbasnya, banyak kesenian yang belum tergali. “Karena tadak ada campur tangan pemerintah, seni terutama yang tradisional berjalan sendiri,” tuturnya.
Kampung Adat Cireundeu, Cimahi Selatan terbilang kampung yang memiliki kebudayaan yang kental. Namun, hingga kini belum bisa dijadikan sebagai ciri khas kebudayaan Cimahi. (Fey)