METROMEDIANEWS.CO – Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur mencatat sudah ada empat kejadian luar biasa (KLB) keracunan selama periode Januari hingga September 2018. Namun keracunan massal di Desa Wangunjaya yang terjadi Minggu (17/9) menjadi yang terbanyak menimbulkan korban, dibandingkan peristiwa sebelumnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Cianjur, Neneng Efa Fatimah, mengatakan, keracunan massal pertama terjadi di Kecamatan Gekbrong pada awal tahun dengan korban mencapai 32 orang. Kemudian muncul keracunan massal di Ciranjang pada Juni lalu dengan korban yang juga sebanyak 32 orang.
Selain itu terjadi juga keracunan massal di Desa Sukasari, Kecamatan Cilaku, dengan korban sekitar 30 orang. Dan terbaru di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang dengan total korban sampai 82 orang. Sekitar 32 orang dibawa ke Rumah Sakit dan 50 orang lainnya ditangani di Puskesmas.
“Mayoritas korban hanya sekitar 30 orang, yang di Cugenang ini yang paling banyak sampai 80 orang. Kami sampai turunkan ambulance dan Puskesmas dan beberapa desa di sekitarnya,” katanya kepada wartawan, Senin (17/9).
Menurutnya, jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan 2017 yang hanya ada satu kasus keracunan. “Jumlahnya pun hanya sebanyak 8 korban, lokasinya di Warungkondang,” ucapnya.
Dia menjelaskan, rata-rata kasus keracunan di Cianjur terjadi akibat bakteri pada makanan. Hal itu bisa terjadi lantaran bahan baku yang kurang segar, proses pemasakan dan pengemasan, hingga urusan higienitas.
Selain itu, rentang waktu antara masaknya hidangan hingga pembanguan atau dikonsumsinya makanan tersebut yang cukup lama. Padahal baiknya makanan yang dikemas dimakan maksimal 2 jam setelah matang.
“Kalau terlalu lama bisa jadi muncul bakteri pada makanan. Apalagi kalau bahan baku kurang segar atau saat pengemasan dan pemasakan kurang higienis, seperti tak cuci tangan dulu atau ada faktor lainnya,” terangnya.
Untuk penyebab keracunan di Desa Wangunjaya, Efa menuturkan masih melakukan uji labolatorium. Hasil akan muncul paling cepat sepekan setelah sampel diterima oleh Labolatorium Provinsi Jawa Barat.
“Tapi melihat gejalanya kemungkinan bakteri, sebab gejala muncul setelah 12 jam makanan dikonsumsi. Kalau karena efek kimia, seperti dari sterofoam itu dua jam juga sudah ada reaksi dan gejalanya. Dan rata-rata kan di Cianjur ini akibat ada bakteri, jarang sekarali karena efek kimia pada makanan,” kata dia.
Ditanya terkait kondisi korban keracunan di Wangunjaya, Efa mengatakan, jika sebagian sudah bisa pulang. Sementara sebagian lagi menjalani perawatan di RSUD Sayang Cianjur.
“Sebanyak 16 dipulangkan karena kondisinya membaik, selebihnya sudah masuk ruangan untuk dirawat. Tapi biasanya tidak akan lama, beberapa hari juga sudah membaik,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Cianjur, Herman Suherman pun datang langsung meninjau para korban keracunan tersebut, pada Minggu malam, didampingi Camat Cugenang dan para pejabat lainnya.
Herman mengatakan peristiwa tersebut masuk dalam kategori kejadian luar biasa (KLB).
“Korbannya sudah lebih dari 10 orang, jadi ini KLB,” katanya.
Herman pun memastikan untuk biaya perawatan para korban ditanggung oleh pemerintah. Sehingga ketika kondisinya membaik, mereka bisa langsung pulang untuk beristirahat.
“Karena masuk KLB, ini akan jadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten Cianjur. Terpenting mereka segera sehat kembali,” tandasnya.
Adapun data peristiwa kecarunan di Cugenang, yakni:
1. Desa Cibeureum Kecamatan Cugenang, 14 februari 2015, korban mencapai 104 orang.
2. Kampung Cimaja Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang, 28 Desember 2015, korban mencapai 69 orang, 16 diantaranya anak-anak.
3. Kampung Awilarangan Desa Benjot Kecamatan Cugenang, 15 November 2016, korban mencapai 19 orang.
4. Desa Wangunjaya, Kecamatan Cugenang, 16 September 2018, korban mencapai 82 orang.
Penulis: Jay