JAKARTA, MMN.CO – Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat melantik sejumlah pejabat eselon II, III dan IV di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, perombakan sejumlah pejabat ini merupakan hasil evaluasi beberapa waktu lalu.
Selain melakukan perombakan, ada beberapa posisi yang kosong dan harus segera diisi untuk mempercepat kinerja daerah.
“Dari sekian ribu PNS DKI, kita selalu evaluasi dan ada beberapa yang kosong, pensiun, dan butuh penyegaran,” katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (13/7/17) pagi.
Saat melantik lebih dari 200 pejabat eselon II hingga eselon IV, Djarot berpesan agar sumpah jabatan tidak sekadar diucapkan, tapi harus benar-benar dijalankan dengan baik. “Jabatan itu bukan sekadar amanah, melainkan ujian yang sesungguhnya,” kata Djarot
Mantan Wali Kota Blitar ini menuturkan, ada beberapa pejabat yang masuk dalam kategori luar biasa. Yakni mereka yang bekerja keras dan fokus dalam setiap pekerjaannya.
“Apalagi dalam menghadapi perubahan iklim yang kemudian untuk menjaga wilayahnya. Supaya benar-benar efektif, khususnya yang sudah kerja keras,” ungkapnya.
Sehingga mereka yang masuk dalam kategori ini sengaja dipindahkan untuk menuntaskan berbagai pekerjaan rumah Gubernur dalam waktu 3 bulan.
“Kami mengusulkan bahwa pejabat yang luar biasa, mengingat waktunya itu cukup singkat, untuk menuntaskan macam-macam pekerjaan rumah kita. Kita harapkan ini, sudah membentuk tim yang luar biasa,” paparnya.
Djarot merotasi 18 orang, yang merupakan pejabat eselon II atau setingkat kepala dinas, wali kota, bupati, wakil wali kota, dan asisten sekretariat daerah. Sebanyak 62 pejabat eselon III dan 146 pejabat eselon IV juga dirotasi pada waktu yang sama.
Dia membandingkan cara dirinya melakukan perombakan SKPD di Jakarta dengan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). Menurutnya Ahok masih lebih baik dari dirinya, karena mau marah-marah dulu sebelum melakukan perombakan SKPD.
Sementara dirinya, dia menganggap sebagai orang yang berdarah dingin. Sebab, dia tidak pernah marah-marah terlebih dulu sebelum melakukan perombakan SKPD.
“Waktu saya di Jawa Timur disebut Wali Kota yang berdarah dingin, tanpa ribut-ribut kalau sudah macam-macam langsung rombak,” ujar Djarot.
Dengan sistem transparan yang dibangun Pemprov DKI Jakarta, Djarot ingin semua pejabat DKI Jakarta tetap membangun budaya bersih dan berwibawa sehingga bisa dijadikan teladan oleh masyarakat. (jns/dr).