Metromedianews.co – Warga Ciguha, desa Malati, Naringgul, Kabupaten Cianjur sudah sejak jaman nenek moyangnya turun-temurun hingga kini membuat kerajinan tangan anyaman bambu seperti jingko, boboko, ayakan, hihid, aseupan, nyiru dan lainnya, sehingga pemerintah desa setempat menjuluki kampung Ciguha sebagai kampung kerjainan anyaman, dan akan dijadikan ikon wisata.
Tujuan pemerintah desa menjuluki kampung Ciguha sebagai kampung kerajinan sebab rata-rata sebagian besar warganya memproduksi anyaman bambu dan nantinya untuk mendongkrak roda perekonomian warga kampung Ciguha khsususnya, dan umumnya desa Malati.
Untuk bahan baku kerajinan tangan jingko atau boboko tersebut dari bahan bambu gembong yang ditanam oleh warga sendiri.
Karmanah (35) warga kampung Ciguha yang setiap harinya membuat anyaman mengatakan, bahwa dirinya sudah sejak kecil diajari oleh orangtua nya untuk membuat anyaman jingko.
“Sejak jaman ibu bapak anyaman bambu jingko ini sudah ada, dan rata-rata warga sini semuanya bisa bikin, dan juga anyaman lainnya,” ungkap Karmanah, Jumat (4/2/2023).
Dia berharap ingin terus melestarikan kerajinan tangan anyaman Jingko ini hingga anak cucunya.
“Untuk pemasaran dijual langsung ke pasar, kadang ada yang datang pesan. Dan juga ada yang melalui pihak Bumdes,” ucapnya.
Hendra Irawan selaku Kepala desa Malati menjelaskan, produksi anyaman Jingko ini sudah ada sejak turun temurun, dan hampir semua warga membuat anyaman jingko dan lainnya.
“Sehingga kami (Pemdes) akan menata khusus untuk kampung Ciguha menjadi kampung kerajinan tangan anyaman, sehingga nantinya bisa jadi ikon wisata dan akan meningkatkan sumber perekonomian warga,” jelasnya kepada Metromedianews.co saat melihat lokasi pembuatan kerajinan tangan jingko di kampung Ciguha.
Kerajinan tangan anyaman jingko masuk produk unggulan UMKM desa Malati yang nantinya akan dipasarkan melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk dipasarkan baik itu lokal dan nasional.
“Mudah-mudahan ditetapkannya kampung Ciguha menjadi kampung kerajinan sehingga bisa menarik wisatawan berkunjung ke desa Malati baik dari dalam dan luar daerah atau wisatawan asing untuk membeli produk kerajinan tangan anyaman jingko dan lainnya,” terangnya.
Untuk saat ini harga jual kerajinan tangan anyaman masih stabil dan masih bervariatif. Untuk harga satuannya produk kerajinan tangan anyaman bambu ini bermacam-macam. Jingko dibandrol Rp30 ribu, Aseupan Rp10 ribu, Hiid (kipas angin manual) Rp10 ribu, Ayakan Rp25 ribu dan untuk Nyriu Rp25 ribu sehingga harganya relatif terjangkau baik untuk kalangan bawah dan atas.
“Kami berharap setelah dibukanya kampung Ciguha menjadi kampung kerajinan tangan anyaman semoga menjadi perhatian khusus dari pemerintah baik kabupaten, povinsi dan pusat.
“Ini merupakan aset untuk pemerintah daerah khususnya kabupaten Cianjur dan akan meningkatkan sumber perekonomian warga desa kami,” pungkasnya.
(Jay)