Gulir ke bawah untuk membaca
Contoh Gambar di HTML

#
#
HOME

Peringati Harkitnas, Eka Santosa: Adat Hilang, Indonesia Hilang

×

Peringati Harkitnas, Eka Santosa: Adat Hilang, Indonesia Hilang

Sebarkan artikel ini
57 Pengunjung

MMN.CO, (BANDUNG) – Memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-109 yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, Barisan Olot Masyarakat Adat (BOMA) dan Gerakan Hejo menggelar upacara pengibaran sang saka merah putih di Lapangan Bale Alit, Alam Santosa, Pasir Impun, Kabupaten Bandung, Sabtu (20/05).

Uniknya, dalam upacara yang dihadiri tokoh Olot (Sesepuh Adat) Jawa Barat dan anggota Gerakan Hejo tersebut para peserta upacara tidak memakai seragam resmi dan rapi, melainkan mengenakan pakaian adat Sunda lengkap dengan ikat kepalanya.‎

Ketua Umum Gerakan Hejo, Eka Santosa mengatakan, ‎pakaian adat digunakan sebagai upaya menjaga jati diri bangsa. Menurutnya, masyarakat zaman dulu menyatakan lewat dewan masyarakat adat di seluruh Indonesia bahwa Olot merupakan akar dari peradaban. ‎

“Kalau adat hilang maka hilang pula Indonesia,” kata Eka ditemui usai upacara.

Dikatakan Eka, hari Kebangkitan Nasional merupakan rekam jejak dari perjalanan panjang Bangsa Indonesia. Melalui perjalanan dan perjuangan yang panjang itu, Indonesia juga mempunyai sejarah yang panjang.

“Perjalanan bangsa ini diawali dari proses sejarah yang panjang. Adanya embrio dari beberapa kerajaan seperti Pajajaran, Kutai dan lainnya adalah awal dari se‎jarah bangsa ini,” kata Eka.

Ia melanjutkan, pergerakan bangsa Indonesia pada saat itu dilakukan tidak hanya di satu sektor saja, melainkan dari beberapa sektor dan dipusatkan di‎ daerah yang dianggap sebagai pusat negara.

“Pada saat itu, kita tidak berbicara partai A atau partai B. Kita biasa menyebut yong Ambon, yong Aceh dan yong lainnya. Tapi dengan satu tujuan yakni Pancasila sebagai ideologi negara,” imbuh Eka.‎

Selain mengenakan pakaian adat, pada peringatan Harkitnas ini pihaknya juga mengangkat tema ‘Bangkit Bela Pancasila’. Hal itu, sebagai upaya untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia‎ (NKRI) dari rongrongan berbagai kepentingan.

‎“Saatnya kita harus bangkit dan luruskan lagi, Pancasila itu harga mati karena sudah bulat,” ujar Eka.‎ (Yono)‎

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *