MetroMediaNews.co – Program pembangunan sarana air bersih yang diajukan Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Tirta Sebanyu di desa Naringgul, Cianjur Selatan, akhirnya menuai pro dan kontra ditengah masyarakat. Adapun yang menjadi alasan keberatan masyarakat Naringgul karena pihak panitia KKM dan Pemerintah desa memaksakan untuk mengambil air langsung dari hulu. Bahkan rumor yang beredar ada rencana air akan dialirkan ke kedusunan lain tanpa ada musyawarah dan melibatkan masyarakat Naringgul.
Seperti dikatakan Aep (40), bahwa masyarakat Naringgul merasa kecewa dengan pihak panitia KKM dan pemerintah desa karena dalam pelaksanaan program pembangunan air bersih tidak melibatkan warga dalam musyawarah.
“Sebenarnya warga sangat mendukung sekali dengan adanya program pembangunan air bersih, namun yang menjadi keberatan warga adalah air diambil langsung dari hulu,” ujar Aep kepada MMN.CO, Kamis lalu (19/10/2017).
Lebih dari itu Aep mengatakan, bahwa ada kabar aliran air nantinya akan dialirkan ke kedusunan atas inisiatif panitia KKM dan pemdes Naringgul. “Pihak panitia KKM dan pemerintah desa memaksakan untuk memasangnya, sehinga saya dan Atang terpancing dan langsung mencopot selangnya, jadi bukan merusak,” tutur Aep.
Aep menambahkan, bahkan pada saat diadakan musawarah tidak mengundang masyarakat Naringgul umumnya, tapi hanya melibat warga yang berasal dari kelompok KKM Tirta Sebanyu saja. “Jadi pada intinya warga tidak menyetujui karena kebutuhan warga Tipar khusunya sangat banyak membutuhkan dan menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Hal senada dikatakan Abah Taryudin bahwa warga tidak menghambat program tersebut. “Kalau pengambilan airnya dari hulu air kami tidak menyetujui, karena balong dan sawah akan kekurangan dan kekeringan karena tidak kebagian aliran air,”terangnya.
Sementara itu Kades Naringgul Asep Hilman Zam-Zam menanggapi adanya pro dan kontra ditengah masyarakat terkait pembangunan sarana air bersih adalah hal yang wajar.
Dikatakan Asep bahwa program Pamsimas itu dari tahun 2014 memang berjalan cukup alot dan panjang. Kemudian warga yang yang belum mengetahui kecuali mereka yang tidak mengikuti pada area publik dimana publikasi kami sudah dilakukan di tiap-tiap desa, RT/ RW. Maka ketika pro dan kontra terjadi bahkan adanya penolakan karena masyarakat merasa takut (Phobia).
“Padahal program Pamsimas itu nantinya akan memelihara adat-istiadat dan budaya yang terdahulu tentang pengolahan air yang akan dibuatkan regulasi yang biasa dengan kesolehanya mengambil air dari gunung yang dibagi kerumah kemudian dibagikan tetangganya,” Asep menuturkan kepada MMN.co saat dikonfirmasi diruang kerjanya, Sabtu (21/10/2017).
Asep mengatakan, maka itu kalau sampai dicabut program Pamsimas maka akan berhulu kemana kesolehan yang terdahulu itu, ini punya air dia itu bawa dengan bambu dibagikan kepada tetangga apa bila ini dicabut maka akan tercabut pula. Semntara itu untuk mengantisipasi sebagian warga yang mampu dengan modal dan uang mengambil air dari gunung dengan dalih asal-usul kepemilikan tanah itu pun kabur.
“Masa orang miskin harus melihat saja yang tidak mampu membeli selang, yang tidak punya hak-hak tanah akan menonton, oleh karena itu program Pamsimas itu akan mengatur dan tidak berhenti sampai disitu saja, karena Pamsimas adalah 4 departemen langsung untuk percepatan program dari Presiden. Desa bukan untuk di eploitasi tapi untuk kemakmuran rakyat,” tegasnya.
Sosialisasi sudah dilakukan dan disampaikan kepada masyarakat yang mana program 2014 sebuah cita cita besar yang mana program itu untuk kepentingan masyarakat banyak. “Penolakan dan terjadinya pro dan kontra itu wajar dan saya akui kelemahan tentang kurangnya sosialisasi, namun terkait program Pamsimas sudah dilakukan secara prosedural, pungkasnya.
(Jay)