MetroMediaNews.co – Rieke Diah Pitaloka anggota DPR RI dari Komisi IV yang membidangi Pertanian melakukan sidak ke petani guna melihat langsung panen yang diadakan di Karawang, Rabu (23/01).
Dalam sidaknya Rieke yang biasa di sapa oneng ini menolak keras rencana pemerintah yang akan membuka keran impor beras sebanyak 500 ribu ton.
Rencananya beras asal luar negeri itu akan tiba pada pertengahan Februari 2018 ini. Dan Rieke menilai masih ada beras di dalam negeri yang belum terserap oleh Perum Bulog.
“Saya Rieke Diah Pitaloka, menyatakan tolak impor beras,” kata Rieke anggota partai PDIP di hadapan para petani Karawang yang sedang melangsungkan panen di jalan Baru, kelurahan Karangpawitan, kecamatan Karawang Barat.
Politisi PDIP menilai pasokan beras menipis bukan karena kesalahan produksi, tetapi kemampuan Bulog menyerap hasil panen.
“Jadi berharap agar Bulog lebih dibenahi lagi karena menurutnya Bulog juga membeli gabah petani terlalu murah,” ucapnya.
Masih menurut Rieke, data produksi beras di Jawa Barat dari Januari sampai April 2018 adalah 778.992 Ha dengan perkiraan hasil produksi gabah sekitar 4.152607 juta ton dan prakiraan hasil produksi beras sekitar 2,6 juta ton.
“Tolong jangan memutarbalikkan logika publik. Persoalannya adalah daya serap Bulog yang minim,” ujar Rieke.
Rieke menambahkan kehadiran beras impor tidak bisa langsung menekan harga. Karena hal itu kata Rieke membutuhkan waktu untuk pendistribusian ke berbagai daerah.
“Persoalan kedua kalau kita tentukan impor saat ini, maka beras itu tidak ujuk-ujuk datang saat ini juga. Tapi butuh proses, 1 sampai 2 bulan. Artinya, keluarnya itu Feruari, atau Maret atau juga April,” papar wanita kelahiran Garut 8 januari 1974 ini pada MMN.
Sementara Dasim (55) petani Karawang, di sela-sela panen dengan tegas mengatakan menolak impor beras tersebut yang mana menurutnya sangat merugikan petani.
“Saya sangat tidak setuju kalau pemerintah mengimpor beras karena sudah pasti merugikan petani. Kalau beras impor didatangkan secara otomatis beras petani jadi murah, sehingga berpagaruh pada biaya tanam kembali. Apalagi beras dari luar negeri kurang bagus dibandingkan beras kami,” ungkapnya.
(Jun)