METROMEDIANEWS.CO – Tugu nama jalan A Sucipta yang berisi informasi tentang pahlawan yang namanya diabadikan di ruas jalan tersebut dirusak oleh oknum tak bertanggungjawab.
Historika Indonesia pun mengutuk keras tindakan vandalisme dan pengeruysakan terhadap aset pemerintah nasional untuk sejarah itu.
Seperti diketahui pada November 2018, Historika bekerjasama dengan Dirokterat Jenderal kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan upaya edukasi terhadap warga terkait nama jalan yang diambil dari nama pahlawan, baik lokal maupun nasional.
Program tersebut dijalankan dengan membangun tugu penjelasan nama jalan berbasis barcode dan penjelasan singkat berupa plakat di Jalan Asmin Sucipta, Jalan Cicih Wiarsih, Jalan Mayor Harun Kabir, Jalan Pangeran Hidayatullah, Jalan Suroso, dan Jalan Arya Cikondang.
Namun, belakangan ini, oknum tak bertanggungjawab melakukan vandalisme dengan mencoret tugu di Jalan A Sucipta menggunakan pilok warna biru. Pihak Pemkab Cianjur yang mendapatkan informasi ada vandalisme itupun kemudian membersihkannya.
Tidak lama dari tindakan itu, ternyata pada beberapa hari ke belakang, tugu A Sucipta kembali jadi sasaran oknum tak bertanggungjawab. Kali ini tidak hanya di coret, plakat barcode dan penjelasan singkat pahlawan tersebut dihancurkan.
Direktur Eksekutif Historika, Abdul Basith, memaparkan jika pembangunan tugu tersebut memang penting untuk memberikan penjelasan dan informasi terkait nama jalan dan pahlawannya. Apalagi di salah satu ruas jalan di pusat kota Cianjur tersebutlah Jalan A Sucipta. Sebagian besar masyarakat Cianjur menganggap nama itu diambil dari salah seorang pionir Angkatan Udara Republik Indonesia, Adi Sucipto. Namun anggapan itu ternyata sangat keliru.
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang kesejarahan, beberapa tahun lalu Historika Indonesia telah memulai penelitian untuk mencari informasi mengenai siapa di balik nama jalan tersebut. Beberapa dokumen sejarah kami pelajari dan beberapa narasumber kami datangi. Setelah melakukan penelusuran tersebut, barulah kami tahu ternyata yang dimaksud Adi Sucipta itu adalah Asmin Sucipta (ejaan lama: Asmien Soetjipta).
“Dia tak lain adalah sniper (penembak runduk) legendaris yang tergabung dalam Laspo (Lasykar Pesindo, Pemuda Sosialis Indonesia) yang berjuang di Cianjur pada 1945-1948. Menurut Hadi danQadim, dua anak buahnya yang masih hidup serta Mahkun Soetjipta (salah satu putra Asmin Soetjipta), Asmien sejatinya adalah seorang guru SMP. Karena tuntutan revolusi maka jadilah dia komandan perang yang memiliki keahlian membidik musuh secara jitu.
“Pada zamannya, dia adalah hantu yang menakutkan bagi serdadu Inggris dan tentara Belanda di Cianjur, karena aksinya banyak memakan korban jiwa. Asmin berhasil ditangkap (lewat sebuah jebakan licik) oleh militer Belanda di Sukabumi. Dia kemudian dihukum mati di Bogor dan makamnya kini bisa kita temukan di Taman Makam Pahlawan Dereded, Bogor,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya melakukan kampanye penggantian nama jalan untuk kembali pada yang seharusnya. satu sudut ruas jalan tersebut dirikan sebuah prasasti sederhana yang memuat informasi singkat mengenai sosok Asmin Soetjipta.
“Harapan kami, anak-anak muda hari ini mengetahui siapa di balik nama jalan yang selalu ramai tersebut. Namun belum setahun usianya, ternyata nasib prasasti tersebut sudah menjadi ajang vandalisme. Dua kali kami menemukan bukti prasasti itu mendapat perlakuan tidak beradab,” katanya.
Merespon kejadian yang sangat tidak pantas dilakukan oleh suatu masyarakat yang beradab dan menyatakan diri “menghargai perjuangan karuhun” itu, maka Historika Indonesia menyatakan sikap.
Yakni mengutuk keras aksi-aksi vandalisme terutama yang ditujukan kepada situs-situs bersejarah dan fasilitas sejarah, mendesak Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk mengusut pelaku perusakan tersebut dan menghukumnya secara setimpal, serta mengimbau masyarakat Cianjur untuk ikut secara aktif melindungi dan melestarikan situs situs sejarah dan fasilitas sejarah.
“Kami hanya berharap keras saja kepada Pemkab jangan kalah dengan para perusak dan perusuh masa pemerintah kalah sama aksi-aksi vandalis begitu. Percuma dong membangun kalo untuk dihancurkan,” tuturnya.
Ketua Historika Cianjur, Helmy Adam, mengatakan sangat menyayangkan adanya tiondakan vandalisme dan pengerusakan terhadap tugu tersebut. Sebab tugu itu menjadi sarana edukasi bagi generasi muda.
“Ini aset negara untuk sejarah, sangat tidak elok sampai merusak seperti ini,” kata dia.
Dia mengaku heran dengan tindakan tersebut, apalagi vandalisme dan pengerusakannya hanya terjadi di satu ruas jalan. Dia pun menyebutkan jika ada pihak yang keberatan dengan pembangunan tugu tersebut, bisa dilakukan dengan secara resmi bukan dengan pengerusakan.
“Kami akan proses hukum, sebab ini aset negara. Tapi kami akan dalami dulu. Kami harap tidak ada lagi tindakan seperti ini,” pungkasnya.
Penulis: Jay
Editor: Dedy