SUBANG, MMN.CO – Rasmen kini ramai dipergunjingkan warga miskin (Gakin) di sejumlah Desa wilayah Kecamatan Pantura Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Lantaran bentuknya buruk rupa, berwarna kuning, kotor dan bau apek. Rasmen tentu bukanlah sosok mahluk gaib, tetapi merupakan padanan istilah Rastra (Beras Sejahtera) dulu istilahnya Beras miskin (Raskin) yang dipelesetkan menjadi Rasmen (Beras bercampur menir-Red).
Sejak Pebruari tahun 2017 hingga 4 bulan terakhir, kiriman Rastra alias Rasmen yang diterima gakin di sejumlah Desa-desa di Kecamatan Pantura (Kecamatan Blanakan, Ciasem, Sukasari, Legonkulon dan Pamanukan), Desa Karangsari, Citrajaya, Karangwangi, Kediri (Kec.Binong) kualitasnya buruk. Selain berwarna kekuningan, bau apek, berkutu, bercampur menir layaknya pakan hewan ternak bebek dan sejenisnya. “ kiriman Raskin 3 bulan ke belakang , kami nilai tidak layak dikonsumsi. Tapi waktu awal bulan kualitasnya agak bagus dianggap layak konsumsi, bulan-bulan kesininya jelek. Yach….. mau bagaimana lagi, karena kita butuh dibeli saja” Keluh beberapa penduduk gakin di wilayah Pantura yang ditemui MMN.CO
Keluhan senada diungkapkan Kades Sukasari Cecep Juhyar dan Sekdes Batangsari Raswan selaku Ketua Satgas Raskin Desa saat ditemui MMN.CO secara terpisah di kantornya, belum lama ini.
Menurut Cecep , semula kiriman Raskin itu akan dikembalikan ke Dolog, namun kebanyakan warga tidak sabar. Pasalnya didesak kebutuhan perut, maka pihaknya mengurungkan niatan itu.
“ Pengiriman Raskin sejak Januari hingga kini kualitasnya jelek. Ke depan kami minta pihak Dolog memperhatikan keluhan warga kami, sehingga berasnya benar-benar bagus kualitasnya” ujarnya berharap.
Begitu juga, diutarakan Asep Maulana (anggota Satgas Raskin Desa Rancasari). Dia mengaku sebelumnya menerima beras sampel dari Dolog Rancaudik dengan kualitas bagus, tapi saat menerima kiriman dari Dolog berasnya bau, berwarna kuning, kotor dan banyak ditemukan kutu/bangkai kutu.
Pihaknya sudah melaporkan kondisi beras Sejahtera (Rastra) tersebut kepada pihak Dolog Rancaudik, namun hingga kini belum ada penggantiannya.
“ Sudah kami laporkan ke Dolog Rancaudik, katanya nanti diusahakan ada penggantian. Namun jika ada yang mau ngambil silahkan saja, yang pasti kualitasnya tidak layak konsumsi,” ujarnya.
Pantauan MMN di lapangan diketemukan, lantaran kualitas berasnya buruk beras kiriman Dolog Rancaudik dan Babakan Sapi Binong tersebut, terlihat banyak warga miskin yang kecewa, sehingga tidak jadi mengambil jatas Rastra, karena melihat kondisi beras tersebut tidak layak konsumsi bagi manusia.
Jikapun ada yang mengambil, itu karena mereka terpaksa membelinya karena harganya murah. Karena untuk membeli kualitas bagus harganya mahal, mereka mengaku tidak punya uang. saat ini per Kg mencapai Rp. 9000,- – Rp. 10.000,- . Di Desa-desa wilayah Kec. Pamanukan) penjualan untuk 1 karung berisi 15 Kg, dijual kisaran harga Rp. 37.500,-, Desa-desa wilayah Kec.Binong dijual antara Rp. 2000 s/d Rp. 2.500,-/liter, sementara di Desa-desa wilayah Kec.Sukasari menjual per liter Rp. 2000,-
Sementara menurut sumber yang mengetahui seluk beluk proses pengadaan Rastra , mengendus bila buruknya kualitas raskin itu diduga kuat adanya permainan pat gulipat antara oknum mitra (pengusaha beras) dengan Dolog saat berproses pengiriman stock beras di gudang.
Masih kata sumber beras yang dikirm tidak sesuai kriteria, semisal beras oplosan, randemen kadar air tidak sesuai atau pengurangan timbangan dalam kemasan karung. “ Sehingga jangan heran bila bobot satu karung Raskin, nilainya relative berkurang 1-2 Kg. Pengalaman saya dulu waktu bermitra dengan Dolog, kalau mengisi karung volumenya sesuai pagu, justru ditolak khan..aneh. Maka tak usah berdecak jika beras di gudang itu banyak tikus jejadian yang ikut menggerogoti beras secara berjama’ah” tuturnya kesal. (@BH/US)