MMN.co, Bandung – Ketua DPD Partai Golkar Jabar Tubagus Ace Hasan Syadzily mengingatkan para caleg DPRD kabupaten/kota terpilih dari Partai Golkar, untuk disiplin. Kedisiplinan akan membuat Golkar kembali memenangkan hati rakyat.
Permintaan itu disampaikan Kang Ace, sapaan akrab Tubagus Ace Hasan Syadzily saat menutup Pendidikan Politik (Dikpol) Peningkatan Kapasitas Caleg DPRD Kabupaten/Kota Terpilih Partai Golkar angkatan ke-4 di Kantor DPD Partai Golkar Jabar, Jalan Maskumambang, Kota Bandung, Rabu (31/7/2024).
Sebanyak 56 caleg terpilih mengikuti dikpol itu yang terdiri atas, 9 dari Golkar Kabupaten Purwakarta, 7 dari Majalengka, 5 Ciamis, 7 Kota Banjar, 5 Pangandaran, 7 Kabupaten Tasikmalaya, 5 Kota Tasikmalaya, 5 peserta susulan, dan ditambah peserta susulan mengganti beberapa sesi 6 orang.
Kang Ace didampingi pengurus DPD Partai Golkar Jabar di antaranya, Bendahara Umum Metty Triantika, Ketua Panitia Dikpol Yomanius Untung, dan lain-lain.
Pendidikan politik seperti ini seharusnya dilaksanakan selama dua minggu tetapi dipadatkan menjadi tiga hari. Pada masa Orde Baru (Orba), kader Golkar dikarantina. Seusai salat dan kuliah Subuh, kader senam bersama untuk menjaga kebugaran. Setelah itu, sarapan bersama.
“Jam 8 (08.00 WIB), memulai pendidikan yang sifatnya kognitif, ada simulasi, praktik, diskusi, pembagian kelompok, dan lain-lain. Dulu (Golkar di masa Orba) begitu. Karena itu Golkar selalu menang,” kata Kang Ace seraya bersyukur, tidak ada kader yang komplain terhadap pelaksanakan dikpol selama tiga har ini.
Saat pembukaan, tutur Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI itu, disampaikan, salah satu penjaga kemenangan Partai Golkar pada masa Orba adalah, kedisplinan, ABRI, dan birokrasi. Sehingga, kalangan sipil ikut disiplin.
“Sekarang, TNI-Polri sudah tidak ada lagi di Golkar, yang ada adalah kalangan sipil. Kita harus jujur situasinya kini berbeda. Karena itu, kalau merujuk kepada sistem pengkaderan, salah satu hal yang perlu dipertahankan dari tradisi Partai Golkar adalah kedsiplinan,” tuturnya.
Berdasarkan pengalaman, kata Kang Ace, salah satu kelemahan di Partai Golkar adalah kedisiplinan. Karena itu, dikpol peningkatan kapasitas ini didesain serius agar kader Partai Golkar yang ditugaskan di DPRD kabupaten/kota dapat melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangan secara maksimal.
“Saya tidak ingin sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jabar, ada kader Partai Golkar di DPRD yang tidak menunjukkan keteladanan. Saya ingin, kader Golkar, sekalipun tidak menjadi pimpinan, tetapi menguasai panggung kepemimpinan di masing-masing kabupaten/kota,” ucapnya.
Jebakan Batman
Kang Ace kembali mengingatkan kader untuk menjaga integritas. Berhati-hati di era demokrasi digital dan bermedia sosial (medsos). Karena itu, dikpol disusun dalam 12 sesi, dari budgeting atau penganggaran, legislasi, sampai media sosial.
“Jangan macam-macam dengan demokrasi digital. Sekarang sebagian besar punya medsos. Setiap hari lihat Tiktok, Instagram. Ini tantangan. Kita tidak bisa menghindari. Kita harus manfaatkan itu (medsos) sebaik-baiknya,” kata Kang Ace.
Kang Ace, sebagai Ketua DPD Golkar Jabar, berkomitmen akan terus berusaha menjaga dan meningkatkan kapasitas seluruh kader untuk menjaga nama baik Partai Golkar, dalam menjalankan tugas kenegaraan.
“Anggota DPRD, menjadi orang terhormat karena mendapatkan kepercayaan rakyat. Karena itu, jaga kehormatan kita sebagai wakil rakyat dengan memaksimalkan yang telah dipercayakan rakyat,” ujarnya.
Tugas pengawasan harus terus dilakukan. Kang Ace mengingatkan agar kader jangan terjebak oleh pihak-pihak, misalnya eksekutif memberikan program-program. Padahal itu jebakan Batman. Sehingga, anggota DPRD tersandera oleh kepentingan politik pihak yang memberi.
“Saya berharap, bapak ibu tahu mana jebakan Batman. Jangan sampai tersandera. Kan gak enak kalau tersandera. Bapak ibu akan bersikap kritis terhadap pemerintah kalau kita tidak ada beban. Maka dalam dikpol ini ditekankan menjaga integritas,” tutur Kang Ace.
Kang Ace kemudian menceritakan hasil diskusi dengan para politisi muda beberapa negara di Asia Tenggara dan Jepang.
“Kemarin, Jumat-Sabtu-Minggu, saya diundang oleh Sasakawa Foundation, salah satu lembaga terkemuka di Jepang, mengumpulkan para politisi muda, rising stars di Bali, empat orang dari Jepang, empat orang dari Indonesia, dua Malaysia, dua Filipina, dua Thailand, dan satu Vietnam, satu hal yang saya lihat, di negara yang relatif maju (jJepang) walaupun di era demokrasi kekuatan sipil yang berkuasa, tapi mereka menunjukkan tingkat kedisiplinan tinggi,” ucap Kang Ace.
Politisi Jepang, ujar dia, jika diundang, 5 menit sebelum acara mulai sudah hadir di tempat. Di Indonesia, tradisi kedisiplinan itu hilang.
“Maka, waktu saya di Bali bersama para politisi, mereka mempertegas, ini bukan waktunya Indonesia yang selalu molor. Jadi orang Jepang menegaskan seperti itu,” ujarnya.
Kang Ace menuturkan, selama pelaksanaan dikpol empat angkatan, telah menunjukkan satu hal membanggakan. Upaya mengembalikan Partai Golkar sebagai partai teknokratis dan berpengalaman, paling pintar memimpin bangsa, dan mampu mendorong kemajuan, seperti era Orba terlihat.
“Saya ingin kita sebagai partai paling berpengalaman, kembali kepada tujuan Partai Golkar. Dalam AD/ART, Golkar lahir bukan untuk diri sendiri. Golkar itu Golongan Karya, artinya, golongan orang-orang yang beramal saleh. Jadi, orang yang punya komitmen terhadap berbagai upaya menciptakan kemaslahatan, itulah orang-orang yang saleh,” tutur Kang Ace.
Karena itu, kata Kang Ace, Golkar didesain sejak awal oleh para pendiri, bukan partai yang mengedepankan ideologi, baik komunis maupun kapitalis. Golkar didirikan oleh golongan orang-orang yang ingin berkarya, menjadikan bangsa ini maslahat.
“Apa yang dimaksud bangsa yang maslahat? Tegas dari Pasal 7 AD/ART, Golkar itu lahir untuk mempertahankan dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945. Saya ingatkan, tujuan Partai Golkar adalah mewujudkan cita-cita proklamasi, menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur,” ucapnya.
Apakah bangsa Indonesia berdaulat? “Secara politik iya. Tetapi secara ekonomi belum berdaulat. Apakah kita sudah menjadi masyarakat sejahtera, belum, karena kita masih melihat terutama di Jawa Barat, masyarakat belum menunjukkan kesejahteraan,” ujar Kang Ace.
Jadi tujuan Partai Golkar, tutur dia, sama dengan tujuan bernegara dalam pembukaan UUD 1945, melindungi segenap rakyat Indonesia dan tumpah darah Indonesia. Untuk itu, tugas anggota DPRD, memastikan tidak ada rakyat Indonesia di kabupaten dan kota yang kelaparan.
“Tidak boleh ada rakyat Indonesia di Kabupaten Majalengka ada yang kena busung lapar. Tidak boleh ada rakyat Indonesia yang telantar oleh ibu bapak dan orang tuanya. Tugas utama kita (anggota legislatif) bagaimana agar seluruh tumpah darah, rakyat Indonesia tidak boleh telantar dan wajib dilindungi oleh negara,” tegasnya.
Kang Ace mendorong kader Partai Golkar, terutama di daerah, membantu rakyat dengan program-program perlindungan sosial. Itu yang dilakukan oleh anggota Komisi VIII DPR RI. Di komisi ini banyak yang bisa diperbuat untuk rakyat. Seperti PKH dan BPNT. Soal agama.
“Jadi jelas, tugas utama Partai Golkar adalah pertama, melindungi rakyat. Kedua, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan yang ketiga, mewujudkan kesejahteraan rakyat,” ucap Kang Ace.
Dalam kesempatan itu, Kang Ace kembali menyinggung soal Indonesia bakal menjadi negara maju pada 2045 karena memiliki bonus demografi dengan lebih dari 50 persen penduduk usia produktif.
Namun di sisi lain, ujar Kang Ace, Indonesia menghadapi masalah tingkat Intelligence Quotient (IQ) masih rendah. Rata-rata IQ orang Indonesia sekitar 78. Lebih tinggi sedikit dibanding simpanse.
“Kenapa tingkat IQ orang Indonesia rendah, karena yang paling utama, tingkat pendidikan rendah. Dibanding Singapura, tingkat IQ penduduknya rata-rata 108. Ketika diskusi dengan berbagai pihak, karena pendidikan kita tidak merata,” tuturnya.
Kang Ace sangat berharap kepada kader Golkar yang duduk di DPRD kabupaten/kota, serius mengelola pendidikan di daerah. Rumuskan dalam konteks legislasi, kebijakan, dan penyusunan anggaran, kader Golkar harus terdepan untuk memastikan kualitas pendidikan di daerah meningkat.
Sementara, kata Kang Ace, Indonesia masih menghadapi ketimpangan kesejahteraan. Di Jawa Barat, antara utara dan selatan, masih terjadi ketimpangan.(Jay)