MMN.co, Jakarta – Masyarakat dunia terkejut ketika kelompok teror Taliban menguasai Afghanistan per tanggal 15 Agustus tahun ini. Setelah serangan 11 September 2001 atas beberapa gedung penting dan fasilitas vital di Amerika Serikat (AS), pasukan internasional pimpinan AS dikirim ke Afghanistan sebagai bagian dari perang global melawan teror.
Pasukan tentara multinasional itu ditempatkan di Afganistan bukan untuk menetap tinggal secara permanen di sana. Para tentara tersebut akan ditarik kembali ke markas di negara masing-masing. Namun, banyak pihak menyayangkan karena waktu dan cara penarikan para pasukan itu tidak tepat.
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, AS telah menghabiskan USD 2.3 triliun dan mengerahkan lebih dari 130.000 tentara. Tapi faktanya, Taliban berhasil selamat dan akhirnya malah berhasil menguasai Afghanistan lagi baru-baru ini.
Beberapa pertanyaan mendasar menyeruak. Siapa yang membantu Taliban selama ini? Apa yang berbahaya dari versi baru Taliban sebagai penguasa baru di Afganistan? Apakah sudah tepat AS meninggalkan Afghanistan sekarang?
Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Afghanistan dan dampaknya terhadap Asia Selatan dan dunia, CNBC-TV18 baru-baru ini melakukan wawancara eksklusif dengan mantan penasihat keamanan nasional AS, John Robert Bolton, dalam program “The Global Eye”.
Secara tegas Bolton mengatakan bahwa Afghanistan akan kembali menjadi pusat terorisme dunia. Kelompok teror seperti Taliban, al-Qaeda dan Islamic State Khorasan (IS-K) akan bersaing ketat untuk mendominasi konstelasi terorisme internasional. Selain itu, ada bahaya besar lainnya yakni ancaman akuisisi terhadap Pakistan dan fasilitas nuklir Pakistan oleh kelompok militer radikal Taliban.
“Kebangkitan Taliban di Afghanistan menimbulkan ancaman pengambilalihan Pakistan oleh kelompok-kelompok teror. Hal ini menjadi awal bencana besar jika kelompok-kelompok teror yang berpikiran sama mengambil alih senjata nuklir Pakistan,” ujar Bolton, yang juga adalah mantan Menteri Luar Negeri AS untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional ini.
Kebangkitan Taliban, tambah Bolton, pada akhirnya dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi Pakistan daripada bagi Afghanistan. Oleh karena itu Bolton menggambarkan penarikan Amerika dari Afghanistan sebagai kesalahan besar, yang akan menciptakan kekosongan strategis di kawasan tersebut.
“China dan Rusia akan bergerak untuk mengisi kekosongan (strategis) sebagai basis peluang dominasi di kawasan Asia Selatan itu. China akan memanfaatkan pengaruhnya atas Pakistan untuk melancarkan program Belt and Road Initiative serta menguasai minyak dan gas di Teluk Persia,” katanya.
Bolton, yang merupakan kolumnis reguler di berbagai surat kabar AS, mengatakan bahwa Taliban sangat mungkin telah menjadi salah satu milisi radikal dengan perlengkapan terbaik di dunia saat ini karena memiliki akses ke sebagian besar senjata modern Amerika. Sebagaimana diketahui bahwa kepergian pasukan AS dari Afganistan, mereka meninggalkan sejumlah besar peralatan militer modern di berbagai tempat di negara tersebut. Perlengkapan militer itu saat ini secara otomatis berpindah tangan ke kelompok Taliban.
Dalam wawancara eklusif CNBC-TV18, Bolton menjelaskan dengan gamblang berbagai isu penting terkait penarikan pasukan AS dari Afganistan dan berbagai akibat dari kebijakan Presiden Joe Biden itu. Berikut adalah beberapa catatan pentingnya.
Bolton mengatakan penarikan AS dari Afghanistan adalah kesalahan besar. Berjalan menjauh dari Afghanistan setelah 20 tahun diduduki akan membuat negara tersebut kembali ke periode sebelum 9/11 (istilah bagi momentum tanggal 11 September 2001, saat terjadinya penyerangan beberapa gedung pencakar langit dan fasilitas penting AS menggunakan pesawat terbang yang dibajak oleh teroris – red). Penerima manfaat utama dari kondisi itu adalah Rusia dan China. Kedua negara ini akan menghadapi ancaman teror dengan cara mereka sendiri.
AS semestinya mencegah agar rivalnya tidak melihat penarikan pasukan dari Afganistan ini sebagai awal kemunduran AS yang lebih besar di seluruh dunia. Bolton berharap Presiden Joe Biden tidak menindaklanjuti kebijakan di Afghanistan tersebut dengan penarikan diri dari Timur Tengah. Pertemuan Kongres AS pada bulan September ini akan mengevaluasi kebijakan penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Pakistan telah mendukung Mujahidin melawan Uni Soviet pada tahun 1980-an. Inter-Services Intelligence (ISI, agen intelijen Pakistan) telah membantu menciptakan Taliban pada tahun 1990-an. Taliban mendapat perlindungan yang sangat besar di Pakistan selama ini dan kebangkitan Taliban di Afghanistan dikhawatirkan akan menimbulkan ancaman pengambilalihan Pakistan oleh kelompok-kelompok teroris.
Pakistan tentu saja telah memberikan saran strategis kepada Taliban dalam beberapa bulan terakhir. Islamabad telah melakukan upaya ekstensif untuk membuat Taliban menjadi eksekutif pemerintahan yang baik. Negara ini menjadi sumber pengaruh eksternal utama bagi Taliban. Selain itu, Taliban dan kelompok teroris yang berbasis di Pakistan mungkin mencoba untuk menguasai Pakistan dan kelompok radikal yang berpikiran sama dapat mengambil kendali atas senjata nuklir negara tersebut.
Penarikan AS dan NATO menciptakan kekosongan strategis. China dan Rusia akan bergerak mengisi kekosongan tersebut sebagai basis peluang di berbagai bidang. China akan memanfaatkan pengaruhnya atas Pakistan untuk program Belt and Road Initiative serta menguasai minyak dan gas di Teluk Persia. Kebangkitan China di kawasan akan menciptakan pengepungan strategis terhadap India di bagian utara.
Sesungguhnya ancaman terbesar bagi India bersama negara-negara sekitarnya akan datang dari China. Oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan kerjasama yang lebih erat antara QUAD (atau secara formal disebut juga The Quadrilateral Security Dialogue, yakni kelompok 4 negara: Amerika Serikat, Australia, India, dan Jepang – red). Kelompok empat negara tersebut juga perlu mengambil langkah-langkah praktis untuk menjamin keamanan anggota-anggotanya.
Apakah Taliban telah berubah? Taliban memang telah melakukan latihan dalam mengelola hubungan masyarakat yang sangat efektif. Taliban dengan cara yang bijaksana akan menerapkan syariah dalam tatanan kehidupan masyarakatnya dan membawa negara tersebut kembali ke tahun 90-an. Berdasarkan analisis ini dapat diprediksi bahwa Taliban tidak akan berperilaku berbeda dari yang mereka lakukan di tahun 90-an.
Runtuhnya tentara Afghanistan, bagi Bolton, merupakan pencapaian besar bagi Taliban. Dengan merebut persenjataan Afghanistan, Taliban telah menjadi salah satu kekuatan militer dengan perlengkapan terbaik di dunia. AS harus mempertimbangkan dan memperhitungkan secara serius jumlah peralatan yang bisa ditinggalkan di tangan Taliban. Mereka akan menggunakan peralatan AS untuk menguasai kawasan lembah Panjshir. Kongres AS sebaiknya dapat mengajukan pertanyaan tentang status peralatan AS di Afganistan.
Bisakah helikopter AS yang dinonaktifkan dihidupkan kembali oleh musuh? Bolton mengatakan bahwa kita tidak dapat mengesampingkan bahwa Rusia, China, atau Pakistan dapat membantu Taliban untuk menghidupkan kembali peralatan AS yang rusak. Dan, yang lebih menghawatirkan lagi adalah bahwa Rusia dan China dapat menyediakan suku cadang dan merekayasa balik peralatan-peralatan militer AS yang tertinggal tersebut.
Sebagian besar cadangan mata uang Afghanistan berada di Federal Reserve di New York dan Taliban tahu pentingnya cadangan mata uangnya itu. Bagi AS, Bolton mewanti-wanti bahwa sangat bodoh jika berpikir dapat menjalin kerja sama dengan Taliban dalam melawan IS-K. AS justru harus mempertimbangkan untuk membantu oposisi di Panjshir (salah satu provinsi dari 34 provinsi di Afganistan yang selama ini berjuang melawan kelompok teroris – red) dan pihak luar. Taliban, menurut Bolton, dianggap tidak tidak dapat diandalkan untuk bekerja sama memerangi terorisme.
Terkait dengan posisi Pakistan di Kawasan Asia Selatan itu, Bolton mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi AS dan sekutunya untuk memberikan tekanan nyata pada Pakistan agar mengakhiri teror di Afghanistan dan Kashmir. Terlepas dari kekhawatiran tentang cadangan nuklir Pakistan, inilah saatnya untuk bertindak melawan kelompok-kelompok teroris itu. AS sekarang harus mengambil langkah yang lebih kuat dalam menekan Pakistan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kerja sama dengan India.
(Wilson Lalengke/Dari berbagai sumber)