MMN.CO, Garut – Peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober dilaksanakan di Kecamatan Bungbulang dengan tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan.” Acara ini digelar di Alun-Alun Bungbulang, Garut, Jawa Barat pada Selasa (22/10/2024), dihadiri oleh berbagai pesantren dari wilayah Kecamatan Bungbulang, Forkopimcam, tokoh masyarakat, dan sejumlah ormas Islam.
Upacara peringatan tersebut dipimpin oleh Camat Bungbulang, Benny Yandiana, S.Sos., M.Si., yang bertugas sebagai Inspektur Upacara. Sementara itu, Batuud Sertu Afit Zaeni dari Koramil 1121 Bungbulang bertindak sebagai Komandan Upacara. Petugas lainnya berasal dari personel Koramil 1121/Bungbulang, Polsek Bungbulang, Satpol PP Bungbulang, serta Sekretaris Kecamatan Bungbulang.
Upacara diikuti oleh sekitar 500 peserta dari sejumlah pesantren yang hadir, antara lain Pesantren Nijamiyyah Liunggunung Hanjuang, Al-Falah Citalahab Mekarjaya, Raudhatul Qu’ran Al-Yusuffi Rajawali Bungbulang, Al-Karom Wangun Jaya, Fathul Huda Cihikeu, Miftah At-Taqwa Margalaksana, Miftahul Huda Bojong, Nurul Falah Sinarjaya, Ashabul Kahfi Cipeteng Mekar Jaya, Sirojul Huda Bungbulang, At-Taqwa Cibarengkok Bungbulang, Riyadus Sholihin Puncak Pari Bungbulang, Miftahul Hidayah Mekar Bakti, Darul Fallihin Mekar Bakti, Baldattul Ummah Bojong, Nurul Huda Tegal Lega, Miftahul Jannah Tegal Lega, Al-Mu’min Wangun Jaya, dan beberapa pesantren lainnya.
Dalam sambutannya, Benny Yandiana menyampaikan pidato Menteri Agama, yang menekankan pentingnya mengenang perjuangan para santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satu momen bersejarah yang diangkat adalah Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratus Syekh Kyai Haji Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945, yang menjadi awal semangat perjuangan hingga pecahnya peristiwa 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Benny juga menekankan bahwa tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan” mengajak santri masa kini untuk tidak hanya mengenang perjuangan para pendahulu, tetapi juga terus beraksi dengan semangat yang sama. Jika dahulu santri berjuang melawan penjajah, kini mereka harus berjuang melawan kebodohan dan kemunduran melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Santri harus percaya diri, karena santri bisa menjadi apa saja,” ujar Benni. Ia mengutip contoh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah menjadi presiden dan KH. Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden. Santri juga dapat menjadi pengusaha, menteri, atau birokrat, asal terus berjuang dan bersungguh-sungguh.
Benni berharap para santri di Bungbulang terus meningkatkan kompetensi, pendidikan, dan kemampuan teknologi agar mampu berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Ia juga menekankan pentingnya santri untuk tidak hanya mempelajari ilmu teknis, tetapi juga mempersiapkan diri menghadapi tantangan praktis di masa depan.
Peringatan Hari Santri Nasional ini dihadiri oleh sekitar 20 pesantren, termasuk dari Desa Sinarjaya yang terletak cukup jauh. Acara berlangsung dengan aman, tertib, dan lancar hingga selesai. (Dedi)